Tradisi Selamatan Tumpengan dan Memandikan Batu Keramat: Memohon Hujan di Tengah Kemarau Tradisi Dhawuhan Gunung Sadang
Di tengah kemarau panjang yang melanda, masyarakat Desa Kebowan khususnya melestarikan tradisi unik dan sakral, yaitu selamatan tumpengan dan memandikan batu keramat dengan dawet. Tradisi ini merupakan bagian dari kearifan lokal yang diwariskan secara turun-temurun untuk memohon turunnya hujan sebagai anugerah dari Sang Pencipta.
Ritual ini sarat akan nilai spiritual dan simbolis. Tumpengan melambangkan rasa syukur sekaligus harapan untuk mendapatkan keberkahan berupa hujan yang akan menyuburkan tanah. Sementara itu, memandikan batu keramat dengan dawet menggambarkan upaya menghadirkan kesegaran dan harmoni dengan alam, sebagai bentuk permohonan kepada Tuhan agar memberikan hujan.
Batu keramat dalam tradisi ini diyakini sebagai medium yang memiliki nilai historis dan spiritual tinggi. Dengan memandikannya, masyarakat menunjukkan penghormatan terhadap elemen alam yang dianggap sakral.
Pelaksanaan ritual biasanya melibatkan seluruh elemen masyarakat dan berlangsung dalam suasana khusyuk dan penuh kebersamaan.
- Persiapan Sesaji dan Tumpengan : Masyarakat mempersiapkan sesaji berupa tumpeng nasi kuning, lauk-pauk, buah-buahan, bunga, dan minuman tradisional seperti dawet. Semua bahan ini melambangkan doa, rasa syukur, dan harapan.
- Prosesi Doa Bersama : Ritual diawali dengan doa bersama yang dipimpin oleh tokoh agama atau sesepuh adat. Doa tersebut ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Esa, memohon agar hujan segera turun untuk mengakhiri kekeringan yang melanda.
- Memandikan Batu Keramat : Batu keramat yang menjadi pusat ritual dimandikan dengan dawet oleh sesepuh adat. Proses ini dilakukan dengan penuh khidmat, disertai lantunan doa dan harapan. Air dawet yang manis dipercaya membawa simbol kesegaran dan kesejahteraan.
- Pembagian Dawet dan Kenduri : Setelah prosesi memandikan batu selesai, dawet yang digunakan dibagikan kepada masyarakat sebagai bentuk sedekah dan simbol penyatuan harapan. Acara dilanjutkan dengan kenduri atau makan bersama dari tumpeng yang telah disiapkan.
Tradisi ini tidak hanya sebagai bentuk permohonan spiritual, tetapi juga memiliki dimensi sosial yang kuat. Ritual ini mempererat kebersamaan antarwarga, menumbuhkan semangat gotong royong, dan mengingatkan pentingnya menjaga kelestarian alam sebagai sumber kehidupan.
Selain itu, tradisi ini juga mengajarkan masyarakat untuk bersabar dan tetap bersyukur di tengah tantangan alam, seperti kemarau panjang.
27 Maret 2025 14:51:27
Thanks for your sharing! this is really helpful, I am always trying to <a href="https://escaperoads.org">escape...